Art Comunity
Universitas Negeri Makassar.
Taman
Tempat Nongkrong.
Sendratasik
Habis Ujian Meja.
Grinyol Art
BUGOL SOPPENG.
Grinyol Art And Fifi
SOPPENG.
Kumpulan Kord Gitar Lengkap, Bagi Yang Belajar Gitar
Bagi yang sedang belajar gitar, pastinya
bingung cara menghafal dan memahami kord-kord gitar.Belajar gitar agar menjadi
seorang gitaris handal memang membutuhkan waktu yang panjang. Perlu pemahaman
mulai dari awal tentang musik.
Jika belum memahami bagian-bagian dari gitar
akustik, anda bisa membacanya kembali dari postingan terdahulu tentang
bagian-bagian gitar akustik tersebut disini.
Nah, berikut ini adalah beberapa Kumpulan
tampilan kord gitar yang bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran anda
dalam bermain gitar akustik.
Sebenarnya masih banyak lagi kumpulan kord gitar akustik yang
lain, berikut ini adalah tampilan kord gitar akustik selanjutnya
:
Untuk kumpulan
kord gitar yang lain, anda bisa mencarinya sendiri di search engine
dengan kata kunci “Kumpulan kord gitar“.
Semoga kumpulan kord-kord gitar diatas bisa membantu anda yang
sedang belajar bermain gitar akustik baik pemula maupun yang
sudah mahir memainkannya.
Unsur-Unsur Musik
Sebagai salah satu cabang seni yang
menggunakan suara sebagai media ekspresinya. Musik diwujudkan oleh unsur-unsur
musik. Unsur-unsur tersebut diantaranya :
A.
Nada
Tinggi
rendah suara tiap suku kata tersebut ditentukan oleh tinggi rendahnya nada yang
ditentukan oleh tinggi rendahnya nada yang diwujudkan dalam simbol-simbol yang
disebut not. Nada ditimbulkan oleh adanya bunyi dan bunyi ditimbulkan oleh
adanya sumber bunyi, yaitu hasil getaran dari sebuah benda. Getaran tersebut,
yaitu getaran yang frekuensinya teratur serta memiliki perbandingan jumlah
tertentu dengan frekuensi sumber bunyi lainnya.
Dalam musik terdapat tujuh nada natural (pokok), yaitu nada-nada
c-d-e-f-g-a-b dan oktafnya c’. Agar bisa dibaca atau dinyanyikan sesuai
dengan tinggi rendahnya, maka susunan nada-nada tersebut dilukiskan pada sebuah
paranada, yaitu berupa lima buah garis sejajar dengan ukuran tertentu dengan
ukuran tertentu sebagai media untuk menggambarkan not-not yang merupakan simbol
dari nada-nada tersebut.
Untuk membedakan antara
bunyi yang disebut nada dan yang bukan nada, kita perlu memahami sifat-sifat
nada sebagai berikut.
1)
Tinggi-Rendahnya
Nada
Tinggi rendahnya nada bergantung
pada jumlah getaran (frekuensi) perdetik dari sumber bunyi. Semakin banyak
getaran suatu benda pada setiap detik, maka semakin tinggi nada tersebut dan
semakin sedikit getaran benda pada setiap detik maka nada semakin rendah.
2)
Panjang-pendeknya
Nada
Panjang pendeknya nada tergantung
dari waktu yang dibutuhkan (durasi) untuk melakukan satu getaran dari suatu
sumber bunyi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu getaran,
maka semakin panjang nada itu.
3)
Keras-lunaknya
Nada
Keras-lunaknya nada (intensitet
nada) tergantung pada lebar simpangan getar (amplitude) suatu sumber bunyi.
Semakin lebar simpang getarnya, maka semakin keras bunyinya.
4)
Warna nada
Warna nada (timbre, tone colour)
tergantung kepada bahan dan jenis sumber bunyinya.
B.
Ritme
Ritme atau irama dalam pengertian yang luas terdapat pada setiap jenis seni,
baik suara, seni tari, seni rupa, maupun seni drama. Secara umum ritme atau
irama didalam seni merupakan pertentangan antara sifat – sifat yang kuat dan
lemah yang selalu berulang silih berganti secara teratur sehingga menimbulkan
kesan atau rasa senang bagi pengamatnya .
Misalnya, didalam seni rupa ritme dapat berbentuk perbedaan antara garis lembut
dan garis kuat, warna yang berbeda-beda secara kontras pada bagian tertentu dan
sebagainya. Dalam seni tari ritme dapat terbentuk dengan adanya perbedaan
lembut dan keras. Dalam seni musik, ritme mengandung dua
pengertian, yaitu pengertian secara umum, dan secara kusus.
Secara umum, ritme adalah silih bergantinya panjang-pendeknya suara,perbedaan
tinggi-rendahnya nada, perbedaan keras-lembutnya suara, dan perbedaan warna
bunyi yang tersusun secara teratur. Pengertian ritme secara khusus adalah
panjang-pendeknya suara yang datang berulan-ulang serta tersusun secara
teratur.
C.
Birama
Birama atau metrum (moat) atau sukat adalah ketukan-ketukan yang
datang berulang-ulang secara teratur dalam waktu yang sama. Penulisan
ulangan-ulangan ketukan antara yang satu dengan yang berikutnya di batasioleh
garis tegak lurus yang disebut garis birama.
Melodi lagu tersebut di tulis dengan bilangan 2/4, artinya dalam setiap birama
ada dua ketukan. Lagu-lagu yang telah kita kenal, misalnya lagu Indonesia Raya
berbirama 4/4, lagu Satu Nusa Satu Bangsa brbirama 4/4, lagu Bungaku berbirama
6/8, dan sebagainya. Perbedaan jenis birama dapat kita bedakana sebagai berikut
:
1). Birama Binair ( genap), yaitu bertekanan
kelipatan dua.
a) Tunggal, misalnya 2/1, 2/2, 2/3, 2/4, 2/8, 2/6.
b) Majemuk, misalnya 4/1, 4/2, 4/3, 4/4, 4/8.
2). Birama Ternair (ganjil)
a) Tunggal, misalnya misalnya 3/1, 3/2, 3/4, 3/8, 3/16.
b) Majemuk, misalnya 6/2, 6/4, 6/8, 6/16.
3). Birama yang menyimpang dari birama binary dan ternair,
misalnya 5/4, (3/4+2/4) atau (2/4+3/4), 7/4 (3/4+4/4) atau (4/4+3/4).
Unsur-Unsur Musik Tradisional
Unsur-unsur musik adalah bagian-bagian dalam musik yang merupakan suatu
kesatuan guna membuat penciptaan lagu atau komposisi (karya) musik. Sebuah
karya musik / komposisi musik dalam proses pembuatannya tidak mungkin lepas
dari unsur – unsur musik tersebut. Berikut ini adalah unsur-unsur musik yang
terdapat dalam musik tradisi :
a.
Irama
Irama adalah rangkaian gerak / detakan yang berlangsung secara teratur sehingga membentuk suatu pola tertentu. Irama terbentuk dari rangkaian bunyi ataupun diam (tidak berbunyi / istirahat) yang panjang pendeknya berbeda dan berjalan secara teratur.
Irama adalah rangkaian gerak / detakan yang berlangsung secara teratur sehingga membentuk suatu pola tertentu. Irama terbentuk dari rangkaian bunyi ataupun diam (tidak berbunyi / istirahat) yang panjang pendeknya berbeda dan berjalan secara teratur.
Berikut ini
adalah beberapa contoh irama musik yang digunakan dalam musik tradisional
gamelan :
1.
Irama lancar Irama lancar adalah
irama yang bertempo cepat dalam gamelan. Irama ini disebut juga irama 1/1.
2.
Irama Satu Irama satu adalah irama
yang bertempo sedang, irama ini disebut juga irama tanggung.
3.
Irama Dua Yaitu irama yang memiliki
tempo agak lambat. Irama ini sering disebut juga dengan istilah dados / dadi
atau irama ¼.
4.
Irama Tiga Irama tiga adalah irama
gamelan yang bertempo lambat. Irama ini disebut juga wiled atau irama 1/8.
5.
Irama Empat Merupakan irama alam
musik gamelan yang bertempo sangat lambat. Disebut juga irama wiled rangkep atau
irama 1/16.
b. Sistem nada
Sistem nada adalah susunan nada yang
berurutan dengan jarak tertentu. Sistem nada lebih dikenal dengan sebutan
tangga nada. Tangga nada ada beberapa macam, yang paling kita kenal adalah
tangga nada diatonis dan tangga nada pentatonis. Tangga nada diatonis adalah
tangga nada yang memiliki susunan nada 7 buah nada, sedangkan tangga nada
pentatonis yaitu tangga nada yang mempunyai 5 buah nada dalam susunan nadanya.
Dalam musik tradisional gamelan,
tangga nada yang digunakan adalah tangga nada pentatonis, tangga nada dalam
gamelan sering disebut dengan istilah titi laras. Titi laras pentatonis dalam
gamelan ada dua macam yaitu titi laras pelog dan titi laras slendro.
• Tangga Nada Pelog
Tangga nada / titi laras pelog dibagi lagi menjadi tiga macam yaitu Pelog Lima,
Pelog Nem, dan Pelog Barang. Berikut ini adalah susunan nada dari masing-masing
titi laras pelog :
- Pelog Lima
1 2 4 5 6 1> 2>Ji ro pat mo nem ji ro
- Pelog Nem
1 2 3 4 5 1> 2>Ji ro lu pat mo ji ro
- Pelog Barang
2 3 5 6 7 2> 3>Ro lu mo nem pi
ro lu
• Tangga Nada Slendro
Tangga nada slendro juga dibagi tiga macam, yaitu Slendro Nem, Slendro Mayura,
dan Slendro Sanga. Berikut ini adalah susunan nada dari masing-masing titi
laras Slendro :
- Slendro Nem
6< 1 2 3 5 6 1> 2> 3>Nem ji ro lu mo nem ji ro lu
- Slendro Sanga
5< 6< 1 2 3 5 6 1> 2>Mo nem ji ro lu mo nem ji ro
c. Notasi
Notasi merupakan sistem penulisan nada yang tinggi rendahnya dapat dibedakan
sesuai dengan ketentuan. Notasi yang kita kenal ada dua macam yaitu notasi
balok dan notasi angka. Musik tradisional kebanyakan tidak memiliki sistem
penulisan nada / notasi melodi karena kebanyakan proses penciptaannya yang
secara langsung dan secara lisan. Akan tetapi ada beberapa daerah yang
menggunakan notasi musik seperti daerah Jawa dan Bali. Sistem notasi musik yang
digunakan adalah sistem notasi angka atau notasi cheve.Berikut ini adalah
contoh-contoh penulisan nada menggunakan notasi balok dan notasi angka :
Kata Kunci : Unsur Musik
Notasi balok
Do re mi fa sol la si do
Notasi angka :
1 2 3 4 5 6 7 1>do re mi fa sol la si do
Jenis-jenis Musik Tradisional
Perkusi adalah sebutan bagi semua
instrumen musik yang teknik permainannya di pukul, baik menggunakan tangan
maupun stik. Dalam hal ini beberapa instrumen musik yang tergolong dalam alat
musik perkusi adalah, Gamelan, Arumba, Kendang, kolintang, tifa,
talempong, rebana, bedug,
jimbe dan lain sebagainya.
Gamelan adalah alat musik yang
terbuat dari bahan logam. Gamelan berasal dari daerah Jawa Tengah, DI.
Yogyakarta, Jawa Timur juga di Jawa Barat yang biasa disebut dengan Degung dan
di Bali (Gamelan Bali). Satu perangkat gamelan terdiri dari instrumen saron,
demung, gong, kenong, slenthem, bonang dan beberapa instrumen lainnya. Gamelan
mempunyai nada pentatonis/pentatonic.
Talempong adalah seni musik tradisi
dari Minangkabau/Sumatera Barat. Talempong adalah alat musik bernada diatonis
(do, re, mi, fa, sol, la, ti, do).
Kolintang atau kulintang berasal
dari daerah Minahasa/ Sulawesi Utara. Kolintang mempunyai tangga nada
diatonis/diatonic yang semua instrumennya terdiri dari bas, melodis dan ritmis.
Bahan dasar untuk membuat kulintang adalah kayu. Cara untuk memainkan alat
musik ini di pukul dengan menggunakan stik.
Arumba (alunan rumpun bambu) berasal
dari daerah Jawa Barat. Arumba adalah alat musik yang terbuat dari bhan bambu
yang di mainkan dengan melodis dan ritmis. Pada awalnya arumba menggunakan
tangga nada pentatonis namun dalam perkembangannya menggunakan tangga nada
diatonis.
Kendang adalah sejenis alat musik perkusi yang membrannya berasal
dari kulit hewan. Kendang atau gendang dapat dijumpai di banyak wilayah
Indonesia. Di Jawa barat kendang mempunyai peraanan penting dalam tarian
Jaipong. Di Jawa Tengah, Bali, DI Yogyakarta, Jawa timur kendang selalu
digunakan dalam permainan gamelan baik untuk mengiringi, tari, wayang,
ketoprak. Tifa adalah alat musik sejenis kendang yang dapat di jumpai di daerah
Papua, Maluku dan Nias. Rebana adalah jenis gendang yang ukuran bervariasai
dari yang kecil hingga besar. Rebana adalah alat musik yang biasa di gunakan
dalam kesenian yang bernafaskan Islam. Rebana dapat di jumpai hampir di
sebagian wilayah Indonesia.
Kecapi adalah alat musik petik yang
berasal dari daerah Jawa Barat. Bentuk organologi kecapi adalah sebuah kotak
kayu yang diatasnya berjajar dawai/senar, kotak kayu tersebut berguna sebagai resonatornya.
Alat musik yang menyerupai Kecapi adalah siter dari daerah Jawa tengah.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sasando adalah alat musik petik berasal dari daerah Nusa tenggara timur (Timor) kecapi ini terbuat dari bambu dengan diberi dawai/senar sedangkan untuk resonasinya di buat dari anyaman daun lontar yang mempunyai bentuk setengah bulatan.
Sampek (sampe/sapek) adalah alat
musik yang bentuknya menyerupai gitar berasal dari daerah kalimantan. Alat
musik ini terbuat dari bahan kayu yang di penuhi dengan ornamen/ukiran yang
indah. Alat musik petik lainnya yang bentuknya menyerupai sampek adalah Hapetan
daerah Tapanuli, Jungga dari daerah Sulawesi Selatan
Instrumen musik tradisional yang
menggunakan teknik permainan digesek adalah Rebab. Rebab berasal dari daerah
Jawa barat, Jawa Tengah, Jakarta (kesenian betawi). Rebabb terbuat dari bahan
kayu dan resonatornya ditutup dengan kulit tipis, mempunyai dua buah
senar/dawai dan mempunyai tangga nada pentatonis. Instrumen musik tradisional
lainnya yang mempunyai bentuk seperti rebab adalah Ohyan yang resonatornya
terbuat dari tempurung kelapa, rebab jenis ini dapat dijumpai di bali, Jawa dan
kalimantan selatan.
Suling adalah instrumen musik tiup
yang terbuat dari bambu. hampir semua daerah di indonesia dapat dijumpai alat
musik ini. Saluang adalah alat musik tiup dari Sumatera Barat, serunai dapat
dijumpai di sumatera utara, Kalimantan. Suling Lembang berasal dari daerah
Toraja yang mempunyai panjang antara 40-100cm dengan garis tengah 2cm.
Tarompet, serompet, selompret adalah
jenis alat musik tiup yang mempunyai 4-6 lubang nada dan bagian untuk meniupnya
berbentuk corong. Seni musik tradisi yang menggunakan alat musik seperti ini
adalah kesenian rakyat Tapanuli, Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Papua.
Fungsi Musik Tradisional
1. Sarana upacara budaya (ritual) Musik
di Indonesia, biasanya berkaitan erat dengan upacara- upacara kematian,
perkawinan, kelahiran, serta upacara keagamaan dan kenegaraan. Bunyi-bunyian
dan nada-nada yang dihasilkan sangat memungkinkan untuk mendukung upacara
budaya ( Ritual). Di beberapa daerah, bunyi yang dihasilkan oleh instrumen atau
alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Oleh karena itu, instrumen
seperti itu dipakai sebagai sarana kegiatan adat masyarakat. Dari penjelasan di
atas maka dapat dikatakan bahwa musik tradisional dapat berfungsi sebagai
sarana dalam suatu upacara budaya (Ritual).
2. Sarana Hiburan Dalam hal ini,
musik merupakan salah satu cara untuk menghilangkan kejenuhan akibat rutinitas
harian, serta sebagai sarana rekreasi dan ajang pertemuan dengan warga lainnya.
Umumnya masyarakat Indonesia sangat antusias dalam menonton pagelaran musik.
Jika ada perunjukan musik di daerah mereka, mereka akan berbondong- bondong
mendatangi tempat pertunjukan untuk menonton. Pada jaman dahulu, pada masa
kerajaan memerintah di daerah-daerah di Indonesia, setiap ada tamu kerajaan
yang datang maka akan disambut oleh iringan-iringan musik tradisional sebagai
upacara penyambutan dan sebagai sarana penghibur bagi para tamu kerajaan untuk
melepas lelah.
3. Sarana Ekspresi Diri Bagi para
seniman musik (baik pencipta lagu maupun pemain musik), musik adalah media
untuk mengekspresikan diri mereka. Melalui musik, mereka mengaktualisasikan
potensi dirinya. Melalui musik pula, mereka mengungkapkan perasaan, pikiran,
gagasan, dan cita- cita tentang diri, masyarakat, Tuhan, dan dunia.
4. Sarana Komunikasi Di beberapa
tempat di Indonesia, bunyi- bunyi tertentu yang memiliki arti tertentu bagi
anggota kelompok masyarakatnya. Umumnya, bunyi- bunyian itu memiliki pola ritme
tertentu, dan menjadi tanda bagi anggota masyarakatnya atas suatu peristiwa
atau kegiatan. Alat yang umum digunakan dalam masyarakat Indonesia adalah
kentongan, bedug di masjid, dan lonceng di gereja. Pada jaman dahulu, musik
digunakan sebagai sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam
peperangan, hal ini terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat
peperangan. Bunyi dan ritme genderang disini bermacam-macam sesuai dengan
perintah yang diberikan sang jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk
menyerang, ada ritme untuk bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari
penjelasan di atas jelas sekali bahwa musik dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi.
5. Pengiring Tarian Musik dan tarian
masing-masing mempunyai pola dan ritme yang saling berhubungan, suatu tarian
tanpa diiringi irama musik maka akan terasa hampa (kosong) dan menyulitkan bagi
sang penari karena mereka tidak mempunyai gambaran ritme dan tempo yang akan
mereka gunakan untuk menuntun mereka dalam menari. Di berbagai daerah di
Indonesia, bunyi- bunyian atau musik diciptakan oleh masyarakat untuk
mengiringi tarian- tarian daerah. Oleh sebab itu, kebanyakan tarian daerah di
Indonesia hanya bisa diiringi oleh musik daerahnya sendiri. Selain musik
daerah, musik- musik pop dan dangdut juga dipakai untuk mengiringi tarian-
tarian modern, seperti dansa, poco- poco, dan sebagainya.
6. Sarana Ekonomi Bagi para musisi
dan artis professional, musik adalah sarana penghidupan ekonomi mereka. Mereka
dihargai lewat karya (lagu) yang mereka buat dan yang mereka mainkan. Semakin
bagus dan semakin populernya suatu karya seni musik maka akan semakin tinggi
penghargaan yang diberikan baik penghargaan dalam bentuk materiil maupun moral.
Dalam dunia industri musik, para musisi yang bekerja sama dengan industri rekaman,
mereka akan merekam hasil karya mereka dalam bentuk pita kaset dan cakram padat
(Compact Disk/CD) serta menjualnya ke pasaran. Dari hasil penjualannya ini
mereka mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain dalam
media kaset dan CD. Para musisi juga melakukan pertunjukan yang dipungut biaya.
Pertunjukan tidak hanya dilakukan di suatu tempat, tetapi juga bisa dilakukan
di daerah- daerah lain di Indonesia ataupun di luar Indonesia yang dapat
menghasilkan pendapatan bagi mereka.
7. Sarana Perang Pada point nomer
empat telah disinggung sedikit bahwa Pada jaman dahulu, musik digunakan sebagai
sarana komunikasi antara jenderal dan prajuritnya dalam peperangan, hal ini
terlihat dari genderang yang mereka bawa pada saat peperangan. Bunyi dan ritme
genderang disini bermacam-macam sesuai dengan perintah yang diberikan sang
jenderal kepada penabuh genderang, ada ritme untuk menyerang, ada ritme untuk
bertahan, dan ada pula ritme untuk mundur. Dari penjelasan di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa musik dapat digunakan untuk membantu strategi dalam
berperang. Selain digunakan sebagai strategi dalam berperang, musik juga dapat
membangkitkan semangat juang para prajurit. Dalam setiap kesatuan militer pasti
mempunyai Mars yang selalu mereka nyanyikan untuk meningkatkan dan
membangkitkan semangat dalam peperangan
BIOLA
Biola adalah sebuah alat musik dawai yang dimainkan dengan cara digesek. Biola memiliki empat senar (G-D-A-E) yang disetel berbeda satu sama lain dengan interval sempurna kelima. Nada yang paling rendah adalah G. Di antara keluarga biola yaitu dengan Violin, cellodan double bass atau kontra bass, biola memiliki nada yang tertinggi. Alat musik dawai yang lainnya, bass, secara teknis masuk ke dalam keluarga viol. Kertas musik untuk biola hampir selalu menggunakan atau ditulis pada kunci G.
Bagian-Bagian Biola |
BOW BIOLA |
Sebuah nama yang lazim dipakai untuk biola ialah fiddle, dan biola seringkali disebut fiddle jika digunakan untuk memainkan lagu-lagu tradisional (lihat di bawah).
Di dalam bahasa Indonesia, orang yang memainkan biola disebut pemain biola (pebiola), atau violinis (bahasa Inggris: Violinist - bedakan dengan violis atau pemain viola). Orang yang membuat atau membetulkan alat musik berdawai disebut luthier.
Alat musik dawai yang mula-mula biasanya dimainkan dengan cara dipetik (misalnya harpa tangan Yunani). Alat musik gesek diperkirakan berasal dari budaya penunggang kuda di kawasan Asia tengah, contohnya alat musik bangsa Mongolia Morin huur. Alat musik gesek berdawai dua bangsa Turkik dan Mongolia dawainya dari surai kuda, dimainkan dengan busur surai kuda, dan memiliki ukiran kepala kuda di bagian kepalanya. Biola, viola, dan cello yang busurnya masih dibuat dari surai kuda, adalah peninggalan bangsa nomaden tersebut.[1]
Dipercayai bahwa alat musik mula-mula tersebut dibawa ke Asia Timur, India, Bizantium dan Timur Tengah; di tempat-tempat tersebut mereka menyesuaikan dengan lingkungannya dan berkembang menjadi alat musik erhu, esra, harpa tangan Bizantium, dan rebab. Biola dalam bentuk modern bermula dari Italia Utara pada awal abad ke-16, terutama di kota pelabuhan Venice dan Genoa yang berhubungan langsung ke Asia Tengah lewat jalur sutera.
Biola Eropa modern dipengaruhi oleh berbagai alat musik, terutama dari Timur Tengah[2] dan Bizantium[3][4]. Tiga jenis alat musik mula-mula yang biasanya disebut sebagai cikal-bakal biola adalah rebec (yang diturunkan dari harpa tangan Bizantium[5] dan rebab), vielle (biola abad Renaisans), dan lira da braccio[6] (yang juga diturunkan dari harpa tangan Bizantium[3]). Salah satu deskripsi terawal tentang biola, termasuk cara penyetelannya, ada di dalam Epitome musical karya Jambe de Fer, yang diterbitkan di Lyon pada 1556.[7] Perlahan-lahan biola mulai menyebar ke seluruh Eropa.
Biola tertua yang pernah dicatat yang memiliki empat senar seperti biola modern dibuat oleh Andrea Amati pada tahun 1555, walaupun tahun tepatnya diragukan. (Biola yang lebih awal hanya memiliki tiga senar, disebut violetta.) Biola seketika menjadi populer, baik di antara para pemusik jalanan maupun para bangsawan, terbukti bahwa raja Perancis Charles IX menyuruh Amati untuk membuat 24 biola untuknya pada tahun 1560.[8] Biola tertua yang masih ada saat ini adalah salah satu dari ke-24 biola ini, dan diberi nama "Charles IX", dibuat di Cremona c. 1560. Biola zaman Renaisans yang paling bagus dengan ukiran dan hiasan adalah Gasparo da Salò (1574 c.) yang pertama-tama dimiliki oleh Ferdinand II, Adipati Agung Austria, dan selanjutnya, sejak 1841, oleh virtuoso Norwegia Ole Bull, yang menggunakannya selama empat puluh tahun dan ribuan konser. Saat ini biola tersebut berada di Vestlandske Kustindustrimuseum di Bergen, Norwegia. "The Messiah" atau "Le Messie" (juga dikenal sebagai "Salabue") yang dibuat oleh Antonio Stradivari pada 1716 belum pernah sekalipun dipakai. Biola tersebut berada di Museum Ashmolean di Oxford.[9]
Terjadi perubahan yang cukup besar pada pembuatan biola pada abad ke-18, terutama dalam hal panjang dan sudut leher biola. Mayoritas alat musik yang lama telah diperbarui sesuai standar yan baru ini, dan maka dari itu jelas berbeda dari keadaan alat musik tersebut ketika diselesaikan oleh seniman pembuat biola, termasuk perbedaan dalam hal suara dan respons.[10] Namun alat-alat musik ini dengan kondisi mereka pada saat ini menjadi standar kesempurnaan pada seni pembuatan biola dan suara biola, dan pembuat biola di seluruh dunia berusaha untuk mendekati ideal tersebut sedapat mungkin.
Hingga hari ini, alat musik dari "Jaman Keemasan" pembuatan biola, terutama yang dibuat oleh Stradivari dan Guarneri del Gesù, adalah alat-alat musik yang paling diburu oleh kolektor dan pemain biola. Rekor harga biola saat ini untuk biola Stradivari adalah AS$3.544.000 dalam sebuah lelang pada 16 Mei 2006. Semua biola Stradivarius memiliki nama unik; biola termahal Stradivari bernama "Hammer" ("Palu") yang dibuat pada tahun 1707.[11]
Sebuah biola dibagi menjadi beberapa bagian; badan biola, leher biola, jembatan biola, papan jari, senar, dan beberapa macam perangkat pembantu. Perangkat pembantu tersebut antara lain pasak penyetel untuk setiap senar, ekor biola untuk menahan senar, pin dan tali untuk menahan ekor biola, beberapa penyetel tambahan pada ekor biola bila diperlukan, dan sebuah penyangga dagu. (Penyangga dagu tersebut dapat tergabung dengan ekor biola ataupun dipasang di sebelah kirinya.)
Badan biola terdiri atas dua papan suara yang melengkung yang disatukan oleh kayu yang disebut iga biola yang dilem menggunakan lem binatang, lem kulit binatang, atau resin. Iga biola biasa terdiri dari bagian atas, keempat sudut, bagian bawah, dan garis tipis yang disebut lapisan dalam, yang membantu mempertahankan lekukan pada iga biola, dan memperluas permukaan untuk pengeleman. Dipandang baik dari depan maupun dari belakang, badan biola menyerupai bentuk jam pasir. Dua buah lekukan menyerupai huruf C pada kedua sisi samping biola memberikan ruang bagi busur biola untuk bergerak.
Umumnya permukaan atas biola dibuat dari kayu spruce, sejenis kayu cemara, yang dipahat sehingga memiliki bentuk yang simetris dan diberi dua lubang suara (atau lubang-F, diberi nama demikian karena bentuknya). Lubang suara tersebut memengaruhi kelenturan suara biola, dan juga sebagai "lubang napas" biola pada saat udara beresonansi di dalamnya. Pada pinggir permukaan ini, dibentuk suatu lekukan garis yang disebut purfling, tujuannya ialah menghalangi retakan yang berasal dari pinggir. Purfling palsu yang dicat pada permukaan biola biasanya menandakan kualitas biola yang rendah. Sebuah balok kayu kecil dipasang di dalam permukaan atas biola, sejajar dengan jembatan biola di atasnya, untuk menambah massa serta kekerasan permukaan atas biola.
Bagian belakang dan samping biola dibuat dari kayu mapel, biasa dipilih yang memiliki alur yang sama. Bagian belakang biola umumnya dibuat dari kayu utuh yang dipahat secara simetris. Bagian ini sering pula dibentuk purfling walaupun dalam hal ini tidak seberapa berpengaruh terhadap biola itu sendiri. Beberapa biola antik dibubuhi tulisan tangan atau diberi lapisan cat sebagai ganti purfling pada bagian belakang biola. Sebuah tonjolan setengah lingkaran kecil yang terdapat pada bagian yang dekat dengan leher biola memberikan permukaan tambahan pada saat pengeleman. Tonjolan tersebut penting untuk sambungan antara leher dan badan biola, namun pada saat mengukur panjang biola bagian ini tidak dihiraukan.
Leher biola biasanya terbuat dari kayu mapel yang setipe dengan bagian belakang dan samping badan biola. Pada leher biola terdapat papan jari yang dibuat dari kayu eboni atau kayu lain yang dicat hitam. Kayu eboni sering dipilih oleh pengrajin biola karena sifatnya yang keras, menawan, dan tahan lama. Beberapa biola yang sangat tua menggunakan kayu mapel untuk papan jarinya, dan dipernis dengan kayu eboni. Pada ujung papan jari yang atas terdapat segaris kayu yang menonjol, biasa kayu eboni atau gading, yang disebut sadel atas. Tonjolan ini digunakan untuk menahan senar, sama seperti jembatan biola digunakan untuk hal yang sama di bagian badan biola.
Jembatan baru dan jembatan yang sudah jadi |
Empat buah penyetel tambahan pada masing-masing senar |
Bagian Ekor biola adalah tempat menambatkan ujung bawah senar yang diselipkan ke dalam masing-masing dari empat lubangnya. Seringkali untuk senar E juga diberi penyetel tambahan untuk mempermudah penyetelan, namun untuk senar-senar yang lain juga dapat dipasangi penyetel tambahan ini. (Beberapa pemain tidak mau menambahi penyetel tambahan karena dapat memperberat biola dan mengubah kualitas suara yang dihasilkan.)
http://id.wikipedia.org/wiki/Biola
Subscribe to:
Posts (Atom)